MAKALAH
TAAT DAN PATUH KEPADA ORANG TUA DAN GURU
KELOMPOK 2
KELAS
XI TKJ 1
1.
DENNIS APRI STIAJI DIHANTORO
2.
HENNING YEKTI MAHARDIKA
3.
JUNIZAR ARYA PERDANA
4.
KEKE AYU MARHAENI
5.
NAQIB
6.
NURUL HILAL
7.
RUDI YANTO
8.
YUYUN KURNIAWATI
BAB I
PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Birrul walidain atau berbakti kepada orang
tua adalah hal yang diperintahkan dalam agama. Oleh karena itu bagi seorang
muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua bukan sekedar memenuhi
tuntunan norma susila dan norma kesopanan, namun juga memenuhi norma agama,
atau dengan kata lain dalam rangka menaati perintah AllahTa‟ala dan Rasul
Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam birrul waalidain (berbakti kepada kedua orang
tua), lebih dari sekadar berbuat ihsan (baik) kepada keduanya. Namun birrul
walidain memiliki nilai-nilai tambah yang semakin „melejitkan‟ makna kebaikan
tersebut, sehingga menjadi sebuah „bakti‟. Dan sekali lagi, bakti itu
sendiripun bukanlah balasan yang setara untuk dapat mengimbangi kebaikan orang
tua. Namun setidaknya, sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang
bersyukur. Orang tua kita adalah manusia yang paling berhak mendapatkan dan
merasakan „budi baik‟ seorang anak, dan lebih pantas diperlakukan secara
baik oleh si anak, ketimbang orang lain. Ada beragam cara yang bisa dilakukan
seorang muslim, untuk “mengejawantahkan‟ perbuatan baiknya kepada kedua orang
tuanya secara optimal
2. RUMUSAN MASALAH
2.1 Apa definisi
hormat
dan patuh kepada kedua orangtua dan guru
2.2 Apa saja dalil tentang hormat dan patuh kepada kedua
orangtua dan guru
2.3 Mengtahui kisah teladan tentang hormat dan patuh
kepada kedua orangtua dan guru
2.4 Hikmah tentang hormat dan patuh kepada kedua orangtua
dan guru
3.
TUJUAN DAN FUNGSI
3.1 Pembaca dapat memahami tentang hormat dan patuh kepada
kedua orang tua
3.2 Pendorong timbulnya perbuatan baik kepada kedua orang
tua
3.3 Dapat mengambil hikmah dari kisah teladan kepada kedua
orang tua dan guru
BAB II
PEMBAHASAN
Orang
tua merupakan orang yang paling berjasa dalam hidup kita. Bagaimana cara
membalas kebaikan orang tua? Salah satu cara membalas kebaikan orang tua yaitu
bersikap patuh kepada orang tua. Selain kepada orang tua, kita harus bersikap
patuh kepada guru dan sesama anggota keluarga. Berikut pengertian mengenai
hormat dan patuh.
Hormat
berarti menghargai, takzim dan khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru
sesama anggota keluarga. Dalam hubungan dengan orang tua, perilaku hormat
ditujukan dengan berbakti kepada orang tua. Berbakti merupakan kewajiban anak
kepada orang tua. Berbakti Kepada orang tua merupakan salah satu amal saleh
yang mulia. Perintah berbakti kepada orang tua terdapat dalam beberapa ayat
Al-Qur’an diantaranya QS.Al Baqarah ayat : 83 yang artinya :
“Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari
Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat
kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang
miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat
dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling”.
2.
CONTOH
PERILAKU HORMAT DAN PATUH
Perilaku hormat dan patuh kepada orang lain sangat
baik dilakukan oleh seorang muslim. Oleh karena itu, perilaku hormat dan patuh
ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah contoh perilaku hormat
dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga.
v Hormat
dan patuh kepada orang tua.
Kita
hendaknya patuh dan taat terhadap nasihat dan perintah orang tua selama tidak
untuk maksiat atau berbuat musyrik. Bila kita diperintahkan untuk berbuat
maksiat atau kemusyrikan, kita harus menolak dengan cara yang sopan. Dalam
keadaan apapun kita harus tetap menjalin hubungan yang baik dengan orang tua.
a. Senantiasa
berbuat baik dan bersikap hormat baik dalam tingkah laku maupun tutur kata
terhadap kedua orang tua
b. Mengikuti
keinginan dan saran orang tua selama keinginan dan saran-saran itu tidak
melanggar ajaran agama
c. Membantu
kedua orang tua sesuai kemampuan
d. Mendoakan
orang tua semoga diberi umur panjang oleh Allah SWT
e. Menjaga
dan merawat orang tua ketika orang tua sakit
f. Setelah
orang tua meninggal dunia, kita menghormati orang tua dengan mendoakannya
g. Hormat
dan patuh kepada guru
v Guru merupakan pengganti orang tua.
Guru
juga berhak mendapatkan bakti siswa nya. Hal ini karena guru telah memberikan
ilmu kepada siswa nya dengan tulus dan ikhlas. Berikut beberapa contoh perilaku
hormat dan patuh kepada orang tua:
a. Memuliakan
dan tidak menghina kepada guru
b. Mendatangi
tempat belajar dengan ikhlas dan penuh semangat
c. Memperhatikan
guru yang sedang menjelaskan pelajaran
d. Bertanya
kepada guru apabila ada sesuatu yang belum dimengerti dengan sikap sopan
e. Menggunakan
cara bahasa yang baik pada saat berbicara dengan guru
f. Berpakaian
rapi dan sopan ketika belajar
v Hormat
dan patuh kepada anggota keluarga
a. Menghormati
dan menghargai nasihat keluarga, selama tidak untuk berbuat maksiat atau
berbuat musyrik
b. Senantiasa
berbuat baik dan bersikap hormat terhadap anggota keluarga.
c. Mendoakan
anggota keluarga semoga diberi kesehatan oleh Allah swt
d. Membantu
anggota keluarga yang kesulitan.
e. Memohonkan
ampun kepada Allah swt atas kesalahan anggota keluarga
f. Menghormati
hak dan kewajiban anggota keluarga yang lain.
3.
DALIL TENTANG HORMAT DAN PATUH KEPADA KEDUA ORANG TUA
Pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua,
termasuk guru sangatlah ditekankan dalam Islam. Banyak sekali ayat di dalam
al-Qur’an yang menyatakan bahwa segenap mukmin harus berbuat baik dan
menghormati orang tua. Selain menyeru untuk beribadah kepada Allah Swt. semata
dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun, al-Qur’an juga menegaskan kepada
umat Islam untuk hormat dan patuh kepada kedua orang tuanya.
Muslim yang baik tentu memiliki kewajiban untuk
berbakti kepada orang tua, baik ibu maupun ayah. Agama Islam mengajarkan dan
mewajibkan kita sebagai anak untuk berbakti dan taat kepada ibu dan ayah. Taat
dan berbakti kepada kedua orang tua adalah sikap dan perbuatan yang terpuji.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat
manusia untuk menghormati orang tua. Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt.
tersebut antara lain pada Surah Al-Isra':
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar
kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak.
Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah
kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Q.S.
al-Isra’/17: 23-24)
عَنْ اَ بْنِ عُمَرَ رَ ضِيَ ا للهُ عَنْهُمَا اَ نَّ ا
لنَّبِيَّ صَلَى ا للهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ اِ نَّ اَ بَرَّ ا لْبِرَّ اَ
نْ يَصِلَ ا لرَّ جُلُ وُ دَّ اَبِيْهِ
Artinya :
Bahwa rasulullah bersabda: sesungguhnya kebaikan yang paling utama
adalah seseorang memelihara hubungan baik dengan orang tuanya. (HR Muslim)
Seorang anak selayaknya meminta doa
restu dari kedua orang tuanya pada setiap keinginan dan kegiatannya, hal itu
karena restu Allah Swt. disebabkan restu orang tua. Anak yang berbakti kepada
orang tua doanya akan lebih mudah dikabulkan oleh Allah Swt.
Apalagi seorang anak akan melakukan atau
menginginkan sesuatu. misalnya mencari ilmu, mencari pekerjaan, dan lain lain,
yang paling penting adalah meminta restu kedua orang tuanya. Dalam sebuah hadis
disebutkan: Artinya: “Ridha Allah terletak pada ridha orang tua, dan murka
Allah terletak pada kemurkaan orang tua.” (HR. Baihaqi)
Dalam hadis lain : “Aku bertanya kepada
Nabi saw., “Amalan apakah yang paling dicintai oleh Allah Swt.?” Beliau
menjawab, “Shalat pada waktunya.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab,
“Berbakti kepada orang tua.” Aku berkata, “Kemudian apa?” Beliau menjawab,
“Kemudian jihad di jalan Allah.” (HR. Bukhari)
Kaitan dengan pentingnya hormat dan
patuh kepada orang tua, perlu ditegaskan kembali, bahwa berbakti kepada kedua orang tua (birrul
walidain), tidak hanya sekadar berbuat ihsan (baik) saja. Akan tetapi, birrul
walidain memiliki ‘bakti’. Bakti itu pun bukanlah merupakan balasan yang setara
jika dibandingkan dengan kebaikan yang telah diberikan orang tua. Namun
setidaknya, berbakti sudah dapat menggolongkan pelakunya sebagai orang yang
bersyukur. Imam An-Nawaawi menjelaskan, “Arti birrul walidain, yaitu berbuat
baik kepada kedua orang tua, bersikap baik kepada keduanya, melakukan berbagai
hal yang menggembirakan mereka, serta berbuat baik kepada teman-teman mereka.”
Tentu saja, kewajiban kita untuk
berbakti kepada kedua orang tua dan guru bukanlah tanpa alasan. Penjelasan di
atas merupakan alasan betapa pentingnya kita berbakti kepada kedua orang tua
dan guru.
4.
KISAH TELADAN HORMAT DAN PATUH KEPADA KEDUA ORANG TUA
DAN GURU
Dahulu
dimasa Bani Isra’ il ada seorang shaleh yang mempunyai anak kecil dan pedet (
anak lembu ). Kemudian pedet itu dibawanya ke hutan sembari berdo’ a,
“Ya Allah saya titipkan lembu ini kepada- Mu untuk putraku hingga ia besar.”
Kemudian orang tersebut meninggal, sedangkan lembu itu hidup sendiri di dalam
hutan tanpa penggembala, bahkan bila melihat orang akan segera lari seperti
seakan- akan liar.
Singkat
cerita, anak dari orang shaleh itu telah dewasa. Ia sangatlah berbakti kepada
ibunya, sehingga ia membagi waktu malam menjadi tiga bagian:
1.
Sepertiga untuk sembahyang
2.
Sepertiga untuk tidur
3.
Sepertiga untuk menjaga ibunya
Dan apabila pagi telah tiba, ia akan pergi untuk
mencari kayu, kemudian dibawa kepasar untuk dijual. Hasil dari penjualannya pun
dibagi menjadi tiga bagian:
1.
Sepertiga untuk sedekah
2.
Sepertiga untuk makan
3.
Sepertiga untuk ibunya
Pada suatu hari ibunya berkata, “Ayahmu telah
mewariskan untukmu seekor lembu yang dititipkan kepada Allah di hutan, maka
pergilah engkau ke sana dan berdo’ alah pada Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail,
Ishaq dan Yaqub semoga mengembalikannya kepadamu. Tanda lembu itu adalah
kulitnya berwarna kuning berkilauan bagaikan emas, terutama jika terkena oleh
sinar matahari”
Kemudian pergilah ia ke hutan, dan ketika telah
melihat lembu seperti yang dimaksudkan ibunya ia berdo’ a,
“Aku panggil engkau demi Tuhan- nya Nabi Ibrahim,
Ismail, Ishaq, dan Yaqub. Segeralah datang kemari.”
Maka larilah lembu itu sehingga berdiri tegak di
depannya. Lalu ia pegang lembu itu untuk dituntun menuju rumahnya, namun tiba-
tiba lembu itu berkata,
“Wahai pemuda yang taat kepada ibunya, naiklah ke atas
punggungku untuk memudahkanmu”
Jawab pemuda, “Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi
ia berpesan agar aku memegang lehermu dan menuntunmu pulang”
Lembu itu kemudian berkata, “Demi Tuhannya Bani Isra’
il, jika engkau tidak dapat mengendaraiku maka berjalanlah. Hai Pemuda
sekiranya Anda perintahkan kepada bukit untuk berpindah tempat pasti akan
benar- benar berpindah semua bukit itu karena ketaatan dan baktimu terhadap
ibumu.”
Setelah sampai di rumahnya, diserahkanlah lembu itu
kepada ibunya. Ibunya kemudian erkata, “Hai anakku, engkau miskin dan tidak
berkecukupan. Dan tentu sangat berat bagimu mencari kayu di waktu siang dan
bangun ketika malam, karena itu lebih baik kamu jual saja lembu ini”
Ia kemudian bertanya kepada ibunya, “Harus kujual
dengan harga berapakah, Ibu?”
“Tiga dinar”, jawab ibunya, “Dan jangan dijual
terlebih dahulu sebelum bermusyawarah denganku”
Pada masa itu harga lembu memang sebesar tiga dinar.
Lalu dibawalah lembu itu kepasar, dan tanpa sepengetahuannya Allah telah
mengutus seorang Malaikat untuk menguji ketaatan pemuda itu terhadap ibunya.
Kemudian datanglah Malaikat ( yang menjelma menjadi seorang manusia ) menemui
pemuda tersebut dan bertanya kepadanya,
“Dengan
harga berapakah Anda akan menjual lembu ini?”
“Tiga dinar
dengan rela ibuku”, jawab pemuda itu.
“Bagaimana
jika saya beli dengan enam dinar dengan syarat tanpa memberitahu
ibumu?”
Jawab
pemuda, “Andaikan Anda memberi padaku seberat lembu ini uang emas, maka aku
tetap tidak akan menerimanya jika tanpa ridha dari ibuku”
Kemudian ia
pulang untuk memberitahu apa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya berkata, “Kini
engkau boleh menjualnya sebesar enam dinar dengar ridhaku”
Maka
kembalilah ia ke pasar dan berkata kepada Malaikat yang telah menjelma menjadi
manusia itu, “Ibuku telah ridha apabila aku menjualnya dengan harga enam dinar,
dan tolong jangan dikurangi dari harga itu”
Jawab
Malaikat, “Kini akan saya bayar kepadamu sebesar duabelas dinar dengan syarat
tanpa memberitahu kepada ibumu”
Maka kembali
lagilah ia kepada ibunya untuk memberitahukan akan hal itu. Lalu ibunya
berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah seorang Malaikat yang akan mengujimu.
Maka bila ia datang kembali tanyakanlah kepadanya ‘apakah lembu ini boleh
dijual atau tidak?’”
Kemudian ia
kembali lagi ke pasar dan menanyakan hal yang sama seperti yang diperintahkan
ibunya. Ketika ditanyakan hal itu, Malaikat tersebut berkata, “Pulanglah Anda
dan katakan kepada ibumu agar mempertahankan dahulu lembu ini sebab Nabi Musa
bin Imran a.s. yang akan datang untuk membeli lembu ini. Maka jangan dijual
kecuali jika dengan harga uang emas seberat lembu ini.”
Maka
ditahanlah terlebih dahulu lembu itu sehingga terjadi perintah dari Allah
kepada Bani Isra’ il untuk menyembelih lembu. Dan ketika dicari lembu yang
memenuhi syarat, maka tidak ada yang lain kecuali lembu milik pemuda itu.
Kemudian akhirnya dibelilah lembu itu dengan harga uang emas seberat badan
lembu tersebut.
Ini sebagai
karunia dan rahmat dari Allah swt. Karena ketaatan dan baktinya pemuda itu
terhadap ibunya.
Kisah Imam Syafi’i Hormat kepada Gurunya
Dikisahkan,
Imam Syafi’i yang
sedang mengajar para santrinya di kelas, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan
kedatangan seseorang berpakaian lusuh, kumal dan kotor. Akan tetapi Imam
Syafi’i langsung mendekati dan memeluknya. Para santri kaget dan heran melihat
perilaku gurunya itu. Mereka bertanya: “Siapa dia wahai Guru, sampai engkau
memeluknya erat-erat. Padahal ia seorang kumuh, kotor, dan menjijikkan?”
Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya, meskipun dari masyarakat biasa.
Imam Syafi’i menjawab: “Ia adalah guruku. Ia yang telah mengajariku tentang perbedaan antara anjing yang cukup umur dengan anjing yang masih kecil. Pengetahuan itulah yang membuatku bisa menulis buku fiqh ini.” Sungguh mulia akhlak Imam Syafi’i. Beliau menghormati semua guru-gurunya, meskipun dari masyarakat biasa.
5.
HIKMAH PATUH DAN HORMAT KEPADA KEDUA ORANG TUA DAN GURU
Kita telah membahas
arti pentingnya hormat dan patuh kepada orang tua, Adapun hikmah yang bisa
diambil dari berbakti kepada kedua orang tua dan guru, antara lain seperti
berikut.
1.
Berbakti kepada kedua orang tua
merupakan amalan yang paling utama.
2.
Apabila kedua orang tua kita ridha atas
apa yang kita perbuat, Allah Swt. pun ridha.
3. Berbakti
kepada orang tua dapat menghilangkan kesulitan yang sedang dialami, yaitu
dengan cara bertawasul dengan amal saleh tersebut.
4. Berbakti
kepada kedua kedua orang tua akan diluaskan rezeki dan dipanjangkan umur.
5. Berbakti
kepada kedua orang tua dapat memasukkan kita ke jannah (surga) oleh Allah Swt.
BAB III
PENUTUP
1.
KESIMPULAN
1)
Hormat berarti menghargai, takzim dan
khidmat kepada orang lain, baik orang tua, guru sesama anggota keluarga. Dalam
hubungan dengan orang tua, perilaku hormat ditujukan dengan berbakti kepada orang
tua. Berbakti merupakan kewajiban anak kepada orang tua
2)
Perilaku hormat dan patuh kepada orang
lain sangat baik dilakukan oleh seorang muslim. Oleh karena itu, perilaku
hormat dan patuh ini harus diterapkan kepada siapa saja. Berikut adalah contoh perilaku
hormat dan patuh kepada orang tua, guru dan anggota keluarga
3)
Taat dan berbakti kepada kedua orang tua
adalah sikap dan perbuatan yang terpuji. Sebagaimana yang telah dijelaskan
bahwa Allah Swt. memerintahkan kepada umat manusia untuk menghormati orang tua.
Dalil-dalil tentang perintah Allah Swt. tersebut antara lain pada Surah
Al-Isra':
2.
SARAN
Sesuai
dengan Pembahasan dan kesimpulan di atas, Kami menyarankan untuk dapat memahami
konsep pemikiran atau mindset yang baik akan sikap dan tindakan yang benar
dalam Menghormati dan Mematuhi kedua Orangtua dan Guru.
DAFAR PUSTAKA
Thanks ..... sangat bermanfaat.
ReplyDeletehttp://abdurohmanafandi.com
Thanks ..... sangat bermanfaat.
ReplyDeletehttp://abdurohmanafandi.com
yah mas sama2.,., sama2 belajar
Delete